Hidup di dunia ini bisa keras banget dan kadang gak kenal ampun, dengan segala harapan yang gak kesampaian. Rasanya kayak kita ngelakuin perjalanan tanpa ujung buat nyari penerimaan dari orang lain. Dari kecil mungkin kita gak sadar kalo dicintai dan diidolakan orang lain itu jadi tujuan utama. Kita berusaha banget buat sesuai sama standar masyarakat, nyiapin diri jadi orang yang menarik buat orang lain, dan pada akhirnya kita ninggalin keaslian kita.
Nah, menurut teori Hierarchy of Needs dari Abraham Maslow, keinginan buat diterima dan dicintai itu ada di tingkatan setelah kebutuhan dasar fisik dan keamanan. Tapi, jangan lupa ada kebutuhan lain yang lebih tinggi, seperti pengakuan dan harga diri, serta aktualisasi diri.
Kejamnya dunia
Kita tau kehidupan gak selalu menyenangkan dan dunia gak selalu ramah. Kita terus dihadapin sama tantangan dan kecewa. Kita nyari cinta dan persetujuan, pengen dapetin ketenangan dalam diterima sama orang lain. Tapi, kenyataannya gak semua orang bakal menghargai atau ngertiin kita. Usaha kita buat dicintai justru bisa bikin kita lelah dan kecewa.
Pencarian cinta dan keinginan untuk diterima
Dari kita lahir, kita pengen diterima dan dicintai. Kita pengen diakui dan dihargai sama orang-orang di sekitar kita. Kebutuhan ini berasal dari naluri kita buat berhubungan dan merasa punya tempat. Kita nyari validasi dari orang lain, berharap persetujuan mereka bisa ngisi kekosongan dalam diri kita.
Illusi kesempurnaan
Masalahnya, lingkungan sekitar terus-terusan nunjukin gambaran tentang kesempurnaan, yang bikin kita mikir kita harus sempurna biar bisa dicintai. Kita terus-terusan ngejar cita-cita yang gak realistis, selalu bandingin diri sama orang lain, dan selalu ngerasa gak cukup. Obsesi akan kesempurnaan ini akhirnya cuma bikin kita kecewa sama ragu tentang diri kita sendiri.
Kenyataan pahit: Kejamnya dunia
Dan inilah pahitnya dunia, bro. Dalam perjuangan nyari penerimaan itu, kita sering dapet penilaian dan kritik pedas dari orang lain. Orang-orang dengan cepetnya ngeributin kekurangan dan kelemahan kita, baik secara langsung maupun nggak langsung. Penilaian yang terus menerus ini bisa ngerusak harga diri kita dan bikin kita ngerasa nggak berharga.
Tekanan untuk menyesuaikan diri
Lingkungan juga punya andil menaruh tekanan gede buat kita supaya sesuai sama norma dan harapan mereka. Ada ekspektasi kalo kita harus masuk ke kotak yang udah ditentuin, ikutin jalur yang udah ditentuin, dan menahan diri kita yang sebenernya. Tekanan buat menyesuaikan diri ini ngehalangin kreativitas dan nggak ngasih kita kesempatan buat ekspresi diri sepenuhnya.
Hubungan dangkal
Banyak hubungan di dunia ini yang sifatnya dangkal dan transaksional. Orang masuk dan keluar dari hidup kita, seringkali cuma berdasarkan kepentingan pribadi mereka sendiri. Kepercayaan dengan gampangnya hancur dan kita sering dikhianati, yang akhirnya ninggalin luka dan kecewa. Usaha buat diterima dan dicintai seringkali berakhir dengan kecewa dan sakit hati.
Cinta diri dan keaslian
Tapi, daripada nyari validasi eksternal, sebaiknya kita merayakan keunikan diri kita sendiri. Setiap orang tuh unik, dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing. Kalo kita fokus ke diri sendiri, kita bisa nemuin kepuasan dalam keaslian diri kita yang sebenernya.
Kekuatan batin
Ngebangun kekuatan dalam diri sendiri juga penting banget buat ngadepin dunia yang kejam. Itu termasuk ngebentuk mental yang tangguh, punya empati buat diri sendiri, dan punya pola pikir yang positif. Kalo kita bisa bangun kekuatan dalam diri sendiri, kita bakal lebih gampang ngadepin semua tantangan yang dateng dari luar.
Temukan makna dan tujuan
Lebih baik fokus nyari makna dan tujuan dalam hidup, daripada nyari cinta terus, bro. Keterlibatan dalam kegiatan yang sesuai sama nilai dan passion kita bakal bawa kepuasan dan rasa pencapaian. Kalo kita jalani hidup yang bermakna, kebutuhan buat validasi dari luar bakal berkurang.
Lepasin kebutuhan akan validasi dari orang lain
Kita juga harus melepaskan kebutuhan buat validasi dari orang lain. Validasi yang sejati itu dateng dari dalam diri kita sendiri. Kita harus belajar terima dan cintai diri kita dengan tulus. Dengan mengakui nilai kita dan menghargai keunikan kita sendiri, kita bisa lepas dari kebutuhan akan validasi dari orang lain.
Membangun koneksi
Tapi, walaupun validasi dari diri sendiri itu penting banget, kita juga perlu dukungan dari teman dan orang-orang terdekat. Punya koneksi yang kuat bisa kasih kita kekuatan pas kita lewatin masa-masa sulit.
Utamakan pertumbuhan pribadi
Jangan lupa buat utamain pertumbuhan diri sendiri. Kalo kita investasi buat jadi lebih baik, belajar keterampilan baru, dan tambah pengetahuan kita, kita bakal jadi lebih percaya diri dan yakin. Pertumbuhan diri itu ngasih kita kekuatan buat ngadepin kekejaman dunia dengan cara yang elegan.
Kesimpulan
Intinya, di dunia yang kejam ini, udah saatnya kita pindah fokus dari sekedar nyari cinta ke merangkul diri kita sepenuhnya. Kita harus lepasin harapan-harapan yang gak realistis, dan cari validasi dari dalam diri kita sendiri. Dengan merangkul cinta diri, keaslian, dan pertumbuhan pribadi, kita bisa menghadapi tantangan dunia dan berkembang jadi lebih baik. Ingat, dunia itu kejam, tapi dengan menerima diri kita sendiri, kita bisa nemuin kekuatan sejati buat jalani hidup yang berarti. Dan kalo lu pengen temen yang selalu ada di samping lu, pertimbangkan buat punya anjing dan karena cuma anjing makhluk yg bisa mencintai lu tanpa syarat dan setia.